Jakarta – Dunia olahraga sedang mengalami cvtogel pergeseran tren yang cukup mengejutkan. Olahraga sepeda yang beberapa tahun lalu menjadi primadona, kini mulai meredup popularitasnya. Fenomena ini memuncak ketika sejumlah toko sepeda high-end mulai melakukan obral gila-gilaan untuk menghabiskan stok. Tak tanggung-tanggung, sepeda yang sebelumnya dijual ratusan juta rupiah kini dipotong harganya hingga puluhan persen.
Penyebabnya? Munculnya tren olahraga padel — sebuah olahraga raket yang mirip tenis namun dimainkan di lapangan yang lebih kecil dan dikelilingi dinding kaca. Padel yang awalnya populer di Eropa kini mulai menjamur di Indonesia, menarik banyak penggemar baru dan secara tak langsung “menggeser” minat masyarakat dari bersepeda ke olahraga ini.
Dari Euforia Sepeda ke Kejenuhan Pasar
Pada masa pandemi COVID-19, sepeda menjadi barang mewah yang diburu. Jalanan kota hingga pedesaan ramai oleh pesepeda, dan toko-toko kewalahan memenuhi permintaan. Sepeda balap, sepeda gunung, hingga sepeda lipat kelas premium laris manis bak kacang goreng.
baca juga: perdana-kapal-jumbo-byd-zhengzhou-pengangkut-7-000-mobil-bersandar-di-jakarta
Namun, setelah pandemi mereda, gairah bersepeda mulai menurun. Banyak pembeli yang dulu rela mengantre dan mengeluarkan uang ratusan juta, kini justru melepas sepedanya karena jarang dipakai. Stok sepeda baru pun menumpuk di gudang distributor dan toko.
“Kalau 2020–2021 itu mau beli sepeda saja susah karena rebutan, sekarang justru kita banting harga supaya barang keluar,” kata Agus Santoso, pemilik toko sepeda premium di Jakarta Selatan.
Tren Padel Menyerbu
Sementara itu, olahraga padel datang membawa angin segar bagi para pencinta olahraga sosial. Berbeda dengan tenis yang butuh teknik cukup rumit, padel relatif mudah dipelajari, bisa dimainkan segala usia, dan memberi kesan eksklusif karena biasanya berada di klub atau fasilitas olahraga berkelas.
Media sosial pun berperan besar dalam mengangkat pamor padel. Banyak selebritas, pebisnis, hingga influencer memamerkan aktivitas mereka bermain padel, lengkap dengan raket khusus dan busana olahraga stylish. Hal ini menciptakan efek FOMO (fear of missing out) yang membuat banyak orang beralih mencoba olahraga ini.
“Padel itu fun, nggak ribet, dan jadi ajang nongkrong juga. Jadi bukan cuma olahraga, tapi lifestyle,” ungkap Rani, salah satu penggemar baru padel.
Diskon Fantastis, dari Rp 200 Juta Jadi Rp 120 Juta
Penurunan minat terhadap sepeda membuat sejumlah merek besar seperti Pinarello, Specialized, hingga Brompton menawarkan diskon fantastis. Sepeda balap karbon yang tadinya dibanderol Rp 200 juta kini bisa dibeli di kisaran Rp 120 juta. Bahkan, ada toko yang memberikan bonus aksesoris lengkap seperti helm, jersey, dan sepatu bersepeda demi menarik pembeli.
Tidak hanya di Jakarta, fenomena ini terjadi di kota besar lain seperti Surabaya, Bandung, hingga Bali. Sebagian toko bahkan mengadakan flash sale online dengan potongan harga hingga 50%.
Dampak ke Industri dan Komunitas
Meredupnya tren sepeda jelas memberi dampak pada industri pendukungnya. Penjualan aksesoris, pakaian, hingga event balap sepeda ikut menurun. Beberapa komunitas sepeda masih aktif, namun jumlah pesertanya tak seramai masa kejayaan pandemi.
Sebaliknya, bisnis padel justru tengah tumbuh pesat. Lapangan-lapangan padel mulai dibangun di mal, klub olahraga, hingga resort. Penjualan raket dan perlengkapan padel pun mulai menunjukkan peningkatan signifikan.
Apakah Sepeda Akan Bangkit Lagi?
Meski saat ini tren menurun, sejumlah pengamat yakin sepeda tidak akan benar-benar ditinggalkan. Olahraga ini tetap memiliki basis penggemar setia dan manfaat kesehatan yang besar. Namun, untuk kembali populer, diperlukan inovasi seperti event balap menarik, komunitas yang solid, atau tren bike to work yang lebih masif.
Sementara itu, bagi pecinta sepeda sejati, momen obral gila-gilaan ini bisa menjadi kesempatan emas untuk mendapatkan sepeda impian dengan harga miring.
sumber artikel: arenaku.id