IHSG Diramal Tambah Jeblok Imbas Perang Iran vs Israel: Gejolak Global Ancam Pasar Saham Indonesia

IHSG Diramal Tambah Jeblok Imbas Perang Iran vs Israel: Gejolak Global Ancam Pasar Saham Indonesia

Jakarta, Juni 2025pttogel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramal akan kembali tertekan dan berpotensi semakin jeblok dalam beberapa waktu ke depan. Penyebab utamanya tak lain adalah meningkatnya eskalasi konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang telah menimbulkan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Dampaknya terasa ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sejumlah analis pasar modal mengungkapkan bahwa IHSG kemungkinan besar akan melanjutkan tren pelemahannya, seiring investor global dan domestik memilih bersikap wait and see, mengantisipasi potensi perluasan konflik serta dampak ekonominya terhadap komoditas dan stabilitas finansial dunia.


Ketegangan Iran vs Israel Jadi Sentimen Negatif

Perang terbuka antara Iran dan Israel telah memicu kepanikan di berbagai bursa saham global. Serangan udara dan rudal yang saling dilancarkan oleh kedua negara ini memunculkan kekhawatiran akan gangguan terhadap pasokan energi global, khususnya minyak mentah. Kawasan Teluk dikenal sebagai jalur penting ekspor minyak dunia, dan gangguan di sana bisa memicu lonjakan harga minyak secara signifikan.

Kenaikan harga minyak akan berdampak langsung pada inflasi global, termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tekanan inflasi yang tinggi dapat membuat bank sentral mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka lebih lama, yang pada gilirannya bisa menekan pertumbuhan ekonomi dan kinerja emiten-emiten di bursa.

Menurut analis dari Mirae Asset Sekuritas, “Perang ini bukan hanya masalah geopolitik biasa. Potensi intervensi negara-negara besar seperti AS, Rusia, atau negara Teluk bisa memperluas dampaknya. Investor cenderung menarik dana mereka dari aset berisiko seperti saham, dan IHSG sangat rentan terhadap sentimen eksternal seperti ini.”


Sektor Energi dan Komoditas Bisa Diuntungkan

Meskipun IHSG secara keseluruhan diprediksi melemah, namun tidak semua sektor akan terkena imbas negatif. Justru, beberapa sektor berpotensi diuntungkan dari kondisi ini, terutama saham-saham energi dan komoditas seperti batu bara, minyak, dan emas.

Kenaikan harga komoditas global dapat memberikan keuntungan bagi emiten-emiten yang bergerak di sektor tersebut. Emiten seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bisa menjadi pilihan investor sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.

Namun, para analis juga mengingatkan agar investor tetap berhati-hati. Kenaikan harga komoditas belum tentu berkelanjutan jika perang berlangsung singkat atau terjadi intervensi internasional yang mampu meredam konflik.


Investor Asing Mulai Tarik Dana, Rupiah Tertekan

Sentimen negatif dari perang Iran-Israel juga memicu capital outflow atau arus keluar dana asing dari pasar modal Indonesia. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa dalam sepekan terakhir, investor asing mencatatkan net sell lebih dari Rp1,2 triliun.

Hal ini turut memicu tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang dalam beberapa hari terakhir bergerak melemah terhadap dolar AS. Rupiah yang terdepresiasi bisa memperberat biaya impor dan memperparah tekanan inflasi dalam negeri, menambah beban bagi sektor manufaktur dan konsumsi.

Kepala Riset dari Samuel Sekuritas, Raditya Pramana, menuturkan bahwa, “Ketika volatilitas global meningkat, investor asing akan mencari tempat yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah AS atau emas. Sayangnya, pasar negara berkembang seperti Indonesia akan menjadi korban dari aksi risk-off investor global.”


Outlook IHSG ke Depan: Masih Berpotensi Terkoreksi

Sejumlah analis memproyeksikan bahwa IHSG masih berpotensi melanjutkan koreksi dalam waktu dekat, dengan support berada di level 6.750 dan resistance di kisaran 7.000. Selama ketegangan geopolitik belum mereda dan belum ada kepastian arah kebijakan moneter global, pasar akan sulit bangkit.

“Sentimen global akan terus menjadi penggerak utama IHSG dalam jangka pendek ini. Bahkan, data ekonomi domestik yang positif pun bisa diabaikan pasar jika ketidakpastian global masih tinggi,” jelas Rudianto, analis senior dari Indo Premier Sekuritas.


Strategi Investor: Diversifikasi dan Defensive Play

Dalam menghadapi kondisi seperti ini, investor disarankan untuk menerapkan strategi diversifikasi portofolio dan mulai melirik sektor-sektor defensif seperti consumer goods, healthcare, dan energi. Saham-saham berfundamental kuat dan memiliki dividen yield tinggi juga bisa menjadi pilihan untuk bertahan dalam gejolak pasar.

Selain itu, mempertimbangkan instrumen investasi lain seperti reksa dana pasar uang, obligasi negara, atau emas digital juga menjadi langkah bijak dalam mengurangi risiko portofolio.


Penutup: Tetap Waspada dan Rasional

Perang Iran-Israel adalah pengingat bahwa geopolitik masih memainkan peran besar dalam dinamika pasar keuangan global. Meskipun IHSG saat ini berada dalam tekanan, bukan berarti peluang tidak ada. Investor perlu tetap waspada, rasional, dan fleksibel dalam menyikapi perubahan pasar.

Penting juga untuk tidak mengambil keputusan emosional dan terus mengikuti perkembangan terkini, baik dari sisi geopolitik, ekonomi makro, maupun kebijakan pemerintah. Dalam dunia investasi, kesabaran dan informasi yang akurat adalah dua senjata utama untuk bertahan dan bahkan meraih keuntungan di tengah ketidakpastian.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *