Jakarta, 2025 – pttogel Suasana di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, berubah menjadi penuh semangat dan kegembiraan pada akhir pekan lalu. Sekelompok warga lanjut usia (lansia) tampil memukau dalam pertunjukan tari keroncong yang menjadi bagian dari acara Festival Seni Budaya Jakarta. Dengan gerakan yang luwes dan semangat yang tak kalah dari anak muda, para lansia ini membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk tetap aktif, kreatif, dan membahagiakan diri sendiri serta orang lain.
Mengangkat Kesenian Tradisional Lewat Generasi Senior
Tari keroncong, yang biasanya lebih dikenal sebagai alunan musik klasik nan melankolis, kini diberi napas baru lewat koreografi lembut namun dinamis yang dibawakan oleh para lansia. Acara ini menjadi wadah ekspresi yang membanggakan, sekaligus sarana pelestarian budaya lokal yang mulai tergeser oleh budaya populer masa kini.
Puluhan lansia dari berbagai wilayah Jakarta, seperti Jakarta Timur, Selatan, dan Barat, turut ambil bagian. Mereka tergabung dalam komunitas Sahabat Seni Lansia Jakarta, sebuah organisasi yang fokus pada pembinaan seni dan kreativitas bagi para warga usia emas. Penampilan mereka di atas panggung TIM pun tak hanya mendapat sambutan meriah dari penonton, tapi juga pujian dari para juri serta tamu undangan, termasuk pejabat Pemprov DKI Jakarta.
Tari Keroncong: Antara Tradisi dan Terapi
Menariknya, tari keroncong yang mereka tampilkan bukan hanya menjadi ajang pertunjukan seni, melainkan juga bentuk terapi gerak yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Melalui gerakan lembut yang terstruktur, para lansia dapat melatih koordinasi, keseimbangan, serta memperkuat daya ingat dan kepercayaan diri.
Menurut Ibu Marni (68), salah satu penari asal Jakarta Selatan, latihan menari telah membawa banyak dampak positif dalam hidupnya. “Dulu saya gampang lelah, gampang lupa. Tapi sejak ikut latihan seminggu dua kali, badan lebih bugar, pikiran juga lebih segar. Bisa tampil di TIM seperti mimpi yang jadi kenyataan,” ujarnya dengan mata berbinar.
Hal senada juga disampaikan oleh pelatih tari, Ratna Wahyuni, yang selama ini membina para lansia di komunitas tersebut. “Tari keroncong ini kami modifikasi agar ramah lansia, namun tetap elegan dan penuh makna. Kami ingin para lansia ini tetap merasa berdaya, bahagia, dan dihargai di usia senja mereka,” jelas Ratna.
Dukungan Pemerintah dan Masyarakat Sangat Dibutuhkan
Acara ini juga menjadi momentum penting bagi pemerintah daerah untuk semakin memperhatikan kebutuhan sosial dan kultural lansia. Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Budi Wibowo, menyatakan bahwa program seni untuk lansia akan diperluas ke seluruh wilayah kota. “Kami melihat antusiasme yang luar biasa. Ini menjadi bukti bahwa lansia bukan hanya objek perawatan, tapi juga subjek kebudayaan yang mampu menciptakan karya dan inspirasi,” ujar Budi.
Pemerintah juga berencana memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan rutin, akses fasilitas kesenian, hingga pelibatan lansia dalam agenda-agenda resmi budaya kota. Selain itu, masyarakat luas pun diimbau untuk terus memberikan ruang dan semangat bagi para orang tua agar tetap aktif dan terlibat dalam berbagai aktivitas sosial.
Seni untuk Semua Usia: Membangun Kota yang Inklusif
Penampilan tari keroncong lansia di TIM ini adalah potret nyata dari kota yang inklusif, di mana setiap warga—tanpa memandang usia—dapat berpartisipasi dalam kehidupan budaya dan sosial. Seni tidak mengenal batas usia, dan melalui tarian ini, para lansia Jakarta mengirimkan pesan kuat bahwa mereka masih mampu berkontribusi, menginspirasi, dan menjadi bagian penting dalam membangun masyarakat yang beradab dan berbudaya.
Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu penonton, Dira (29), “Saya sangat terharu melihat mereka menari. Rasanya seperti diingatkan bahwa semangat hidup tidak pernah pudar, selama kita mau bergerak dan berkarya.”
Penutup: Semangat Tak Pernah Pensiun
Dengan langkah-langkah ringan namun penuh semangat, para lansia Jakarta telah membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Melalui tari keroncong, mereka bukan hanya melestarikan budaya tradisional Indonesia, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk tidak melupakan akar seni warisan bangsa.
Kita semua patut belajar dari mereka: bahwa dalam setiap diri, ada energi untuk terus hidup bahagia, bermakna, dan berkarya—sepanjang hayat.